Senin, 09 Mei 2011

laporan kegiatan

selama per kuliahan bahasa indonesia 2 saya mem posting selama 4 kali yaitu postingan artikel sejarah komputer, traskrip pidato aburizal bakrie, resensi novel laskar pelangi, dan laporan kegiatan ini.

ICAL AKUI ADE KOMARUDIN PIMPIN DEPINAS SOKSI 2010-2015


JAKARTA – Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Aburizal Bakrie mengakui terpilihnya Ade Komaruddin sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Sentra Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (Depinas SOKSI) hasil Munas IX Tahun 2010 sebagai kepengurusan yang sah dan legal.
“Saya telah membaca semua dokumen, catatan-catatan dan melihat videonya selama Munas dan  semuanya legal dan sah. Sebagai kader SOKSI, saya datang kesini” ujarnya pada acara pengukuhan dan pelantikan Depinas Soksi masa bhakti 2010-2015 di Crowne Plaza Hotel di Jakarta, Jumat (25/60 malam.
Pelantikan kepengurusan Depinas SOKSI yang berlangsung meriah itu juga dihadiri 33 Depidar se-Indoensia juga beberapa tokoh Partai GOLKAR seperti pendiri SOKSI Suhardiman, Ketua Dewan Pembina Partai GOLKAR Akbar Tandjung, Bendahara Umum Setya Novanto, Ketua Rambe Kamaruzaman, Rully Chaerul Azwar, Sekjen KOSGORO 1957 Syamsul Bahri serta ratusan kader SOKSI dan Partai GOLKAR.
Menurut Ical, sekalipun terlambat menghadiri acara pengukuhan, dirinya sudah menugaskan Ketua DPP Partai Golkar Bidang Ormas Rambe Kamaruzzaman untuk meneliti semua dokumen dan catatan yang ada berkenaan pelaksanaan Munas IX SOKSI Tahun 2010 yang dilaksanakan pada 20-23 Mei 2010 lalu, meski pelaksanaan Munas itu berlangsung “deadlock” sehingga diambilalih Pendiri SOKSI Prof Suhardiman demi eksistensi serta menyelamatkan organisasi sesuai kewenangan yang diatur dalam Anggaran Dasar SOKSI.
Pendiri akhirnya menetapkan Ade Komaruddin sebagai ketua umum Depinas SOKSI  didampingi Sekjen Lawrence TP Siburian dan Bendahara Umum Melchias M. Mekkeng, sedangkan Ketua Dewan Pembina Soksi dipilih Aburizal Bakrie selaku ekofficio ketua umum DPP Partai Golkar. “Sebagai kader SOKSI, saya sudah memenuhi permintaan Pendiri untuk menjadi ketua dewan Pembina SOKSI. Karena itu, saya minta para pengurus Depinas SOKSI yang baru untuk terus melakukan pendekatan terhadap semua pihak. Saya harapkan SOKSI tetap solid,” tegas dia.
Dia juga berharap kedepan SOKSI lebih menempatkan peran dan kiprahnya sebagai organisasi gagasan yang mampu melahirkan ide-ide yang kreatif dan inovatif karena masyarakat Indonesia kedepan harus dibiasakan bertukar gagasan dan melakukan perdebatan ide tanpa ada permusuhan. “Kita harus mengakui bahwa masyarakat kita memang belum terbiasa melakukan perdebatan terbuka dan masih mengganggap setiap perbedaan pendapat identik dengan permusuhan. Apalagi dalam setiap pemilihan, jangan sampai ada yang kalah merasa dikalahkan dan yang menang harus merangkul yang kalah,” ujarnya.

Kader Comberan
Sementara Pendiri Soksi Prof Dr Suhardiman dalam pidato politiknya mengaku prihatin ada sebagian kader yang senantiasa setia dan tekun meski menghadapi tantangan kehidupan yang tidak mudah. “Tapi, ada juga kader yang tidak tahu diri dan kader loyang. Ada pula kader yang saya angkat dari comberan, kemudian melupakan saya dan SOKSI. Begitu pula kader yang saya bantu merangkak dari bawah menjadi anggota DPRD bahkan bisa menjadi petinggi Partai GOLKAR, tapi kemudian mengkhianati saya. Untuk menghadapi para pengkhianat demi menjaga eksistensi dan kewibawaan organisasi, saya minta Depinas SOKSI jangan ragu menegakkan prinsip to kill or to be kill,” ujarnya.
Menurut Suhardiman, bagi seorang pemimpin itu wajib membantu anak buah di mana pun berada, karena itu bukan berarti bahwa kader harus membalas budi. “Kalau ada kader yang sudah saya bantu dan mendapatkan berbagai posisi karena SOKSI, tapi kemudian mengkhianati SOKSI, itu namanya kader tidak tahu diri alias keterlaluan,” kata dia.
Dia mengakui, dinamika dan romantika yang terjadi di internal SOKSI belakangan ini harus dihadapi sekaligus tantangan bagi pengurus Depinas SOKSI periode 2010-2015. “Depinas SOKSI kedepan harus mampu menjawab tantangan dengan melakukan konsolidasi dan program aksi yang jelas demi kepentingan rakyat kecil. Jika ada gerakan liar yang ada saat ini jangan terlalu dipusingkan. Ibarat pepatah, anjing menggonggong kafilah berlalu. Buktikan eksistensi pengurus dengan kegiatan yang berorientasi bagi kepentingan dan kemaslahatan masyarakat. Saya kira, hanya dengan cara seperti itu eksistensi Soksi akan tetap terjaga,” tegas dia.
Suhardiman juga mengimbau kepada kader-kader SOKSI diseluruh Tanah Air untuk senantiasa membangun semangat kebersamaan, kesetiakawanan, kekeluargaan dan gotong royong sebagai wujud kecintaan dan loyalitas kepada organisasi. “Wujud jawaban terhadap dinamika dan romantika tantangan Soksi saat ini adalah melakukan revitalisasi fungsi dan peran organisasi. Revitalisasi gerakan yang dimulai dengan kembali ke jati diri SOKSI, back to origin, kembali ke semangat awal pendiriaannya, yaitu semangat sosialisme Pancasila. Itulah dasar dan pondasi bagi gerakan dan langkah SOKSI kedepan,” ujar dia.

KETUA UMUM DEPINAS SOKSI; PROGRAM CATUR BANGKIT SOKSI

Ketua Umum Depinas SOKSI Ade Komarudin dalam sambutannya didalam pengukuhan pengurus Depinas SOKSI masa bakti 2010-2915 mencanangkan program Catur Bangkit SOKSI sebagai implementasi dari program kepengurusan Soksi lima tahun kedepan. “Saya menyadari bahwa setiap periode kepengurusan memiliki tantangan yang berbeda dan akan dihadapi dengan strategi dan cara yang berbeda pula. Yang pasti kedepan, saya akan menciptakan sejarah baru kebangkitan kembali SOKSI. Karena itu, perkenankan saya mencanangkan program Catur Bangkit SOKSI.  Program ini  adalah bagian dari keinginan dan tujuan untuk mewujudkan era emas kebangkitan Soksi dalam lima tahun kedepan. Saya optimistis, hanya dengan kerja keras, ketekunan, kejujuran dan hati yang bersih, kesetiaan dan komitmen, kerja sama dan dukungan semua pihak akan menjadi kekuatan mewujudkan program ini,” kata dia
Menurut Ade Komarudin, program pertama yang akan di capai adalah menguatkan struktur kelembagaan SOKSI sampai ke tingkat Dewan Pimpinan Ranting di seluruh Tanah Air. Program ini saya namakan kebangkitan organisasiSOKSIProgram ini bukan hanya untuk konsolidasi semata, tetapi merupakan upaya menciptakan peluang pemberdayaan dan promosi kader-kader potensial SOKSI untuk menunjukkan pengabdian dan loyalitasnya, baik melalui promosi kader di struktur internal SOKSI, maupun upaya memperjuangkan penempatan para kader potensial untuk berkiprah dan mengabdi pada jabatan-jabatan politik pemerintahan dan sosial kemasyarakatan,” ujar dia.
Dia juga mengakui, Munas IX SOKSI Tahun 2010 yang baru lalu telah memberikan banyak pekerjaan rumah, tidak hanya penguatan konsolidasi organisasi, tetapi lebih dari itu harus berupaya agar kelembagaan SOKSI mulai dari tingkat nasional sampai tingkat ranting didorong untuk menjalankan roda organisasi secara benar dengan bersama–sama memiliki tujuan dan arah kedepan yang lebih jelas.
Selain itu, dalam upaya mendorong kebangkitan organisasi, SOKSI sebagai salah satu pendiri Sekber GOLKAR yang sekarang ini menjadi Partai Golongan Karya dituntut terlibat secara aktif membesarkan Golkar. Ikatan historis dan emosional antara SOKSi dan Partai GOLKAR tidak dapat terpisahkan. Kita akan selalu menjaga harmonisasi dalam hubungan yang saling menguntungkan, simbiosa mutualisme. Bagaimana pun, Partai GOLKAR sangat tergantung pada eksistensi SOKSI, sebaliknya SOKSI juga bergantung pada eksistensi GOLKAR. Karena itu, kedepan  SOKSI harus terlibat secara aktif dalam merebut kembali kejayaan GOLKAR sebagaimana yang kita telah lakukan pada masa-masa sebelumnya,” tegas dia.
Menurut Ade Komarudin, partai GOLKAR adalah peluang dan pilihan yang terbuka bagi SOKSI untuk mendayagunakan kader-kader terbaiknya di lembaga legislatif, baik di DPR RI, maupun DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota. Melalui Partai GOLKAR, kita akan mendorong pendayagunaan kader-kader terbaik SOKSI di lembaga-lembaga negara, serta pada jabatan-jabatan strategis lainnya. Yang lebih utama, melalui Partai GOLKAR, kader bangsa yang dibentuk melalui SOKSI dapat menunjukkan dharma baktinya kepada kepentingan masyarakat dan bangsa serta Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk itulah, maka SOKSI harus proaktif memperjuangkan kembalinya kejayaan Partai GOLKAR,” ujar dia.
Kebangkitan yang kedua, lanjut dia, program kaderisasi secara intensif di semua tingkatan. Pendiri SOKSI berkeinginan agar organisasi ini tidak hanya menghasilkan kader untuk kepentingan diri sendiri, tapi mampu melahirkan kader bangsa yang memiliki semangat pengabdian untuk kepentingan NKRI, sehingga program kaderisasi di SOKSI disebut sebagai Pendidikan Politik Kader Bangsa. “Jika itu berjalan dengan intensif pada semua tingkatan, maka era kebangkitan dalam proses regenerasi di tubuh SOKSI dapat terwujud dan berjalan mulus. Paling tidak, dalam waktu setahun kedepan, proses regenerasi di tubuh SOKSI akan mengisi seluruh kekosongan kepengurusan di seluruh jajaran dan melahirkan kader-kader yang memiliki militansi untuk mensukseskan program organisasi. Saya optimistis kedepan, Depidar dan depicab SOKSI akan menjadi sumber kader pemimpin di daerah masing-masing,” kata dia.
Kedepan, SOKSI harus menjadi bagian dari organisasi yang secara sungguh–sungguh memperjuangkan kemakmuran rakyat yang harus menjadi tujuan bersama dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Diakui atau tidak, kenyataan kehidupan berbangsa saat ini masih jauh dari cita-cita yang ada, dengan tetap tingginya angka kemiskinan dan pengangguran. Ada jurang yang luar biasa antara cita-cita di hari kemarin dan kenyataan di hari ini.  Ada jurang yang luar biasa antara cita-cita luhur proklamasi kemerdekaan dengan kenyataan yang ada saat ini. Kedepan, sudah saatnya kita meninjau ulang model pembangunan nasional saat ini.
“Untuk itu, SOKSI akan mendorong agar model pembangunan nasional kedepan adalah model pembangunan yang berkeadilan sosial dan menumbuhkan praktik demokrasi secara sehat dan kompetitif, apalagi demokrasi yang dikembangkan Soksi adalah demokrasi Pancasila, yaitu demokrasi yang mendahulukan musyawarah dan mufakat, sebelum akhirnya dalam keadaan terpaksa harus ada voting. Karena kita menyadarinya, voting ternyata menyuburkan praktek money politik yang justru merusak sendi-sendi demokrasi itu sendiri. Kita menyadarinya pula, demokrasi hanya alat untuk mencapai cita-cita bersama kita mensejahterakan rakyat, tapi bukan tujuan dengan menghalalkan segara cara,” ujar dia.****

RESENSI LASKAR PELANGI


1. Identitas Novel Laskar Pelangi
Judul : Laskar Pelangi
Penulis : Andrea Hirata
Penerbit : Bentang
Kota Tempat Terbit : Jl. Pandega Padma 19, Yogyakarta
Tahun Terbit : Cetakan III, Juli 2007
Tebal halaman : 533 halaman termasuk juga tentang penulis
Harga : Rp.69.000,-

2. Tujuan Meresensi Novel
Banyak orang (teman-teman) yang telah mengatakan bahwa buku ini bagus kepada saya, maka dari itu saya menjadi penasaran dan ingin membacanya. Setelah saya baca ternyata buku ini tidak hanya sekedar bagus tetapi “sangat bagus”, karena di dalamnya banya terdapat pelajaran yang dapat kita ambil tentang keagamaan, persahabatan yang luar biasa, cinta pertama yang indah, ketegaran hidup, bahkan makna sebuah takdir yang tidak bisa kita tebak. Cerita ini memang lain dari cerita biasanya, karena biasanya kita sering membaca novel percintaan yang tidak medidik moral maupun agama. Novel Laskar Pelangi karya Mas Andrea Hirata ini ceritanya sangat membuat saya terkesan dengan ceritanya yang menggabungkan dua hal yang berbeda, sastra dan science. Sebuah buku yang pintar hasil dari orang yang pintar.

3. Pokok-pokok Isi Novel (Unsur Instrinsik)
a. Tema
Persahabatan sepuluh anak yaitu Ikal, Mahar, Lintang, Harun, Syahdan, A Kiong, Trapani, Borek, Kucai dan satu-satunya wanita di kelas mereka, Sahara dari orang kecil yang mempunyai cita-cita yang tinggi dengan bersekolah di pendidikan rakyat kecil Sekolah Muhamadiyah.

b. Tokoh dan Perwatakan
Aku sebagai ikal : tidak mudah putus asa dan tegar.
Ayah ku/ayah ikal : baik hati dan bijaksana.
Pak K.A. Harpan Noor : baik hati, ramah dan sabar.
Ibu N.A. muslimah Hafsari : sabar, baik hati dan penyayang.
Lintang : pantang menyerah dan cerdas.
Mahar : kreatif, imajinatif dan cerdas.
Trapani : manja dan cerdas.
Kucai : hiperaktif, susah diatur dan benyak bicara
Sahara : keras kepala, cerdas dan baik hati.
A kiong : baik dan sedikit aneh.
Harun : baik tetapi agak keterbelakangan mental.
Borek : nakal dan susah diatur.
c. Alur
Di dalam novel ini memakai alur maju, karena dalam ceritanya tidak terdapat kilas balik sehingga membuat pembaca penasaran apa yang akan terjadi di kisah selanjutnya.

d. Sudut Pandang
Memakai kata ganti orang pertama tunggal atau memakai akuan sertaan, karena dalam penceritaan novel penulis menggunakan kata aku.

e. Gaya Bahasa
Di sini saya tidak mengetahui gaya bahasanya, karena ada kata-kata yang sulit untuk dipahami atau dapat kita mengerti. Hal ini dikarenakan untuk menyesuaikan bahasa berdasarkan tempat yang diceritakan yaitu di Bangka Belitong, daerah terpencil yang belum meluas bahasanya.

f. Latar (Setting)
Tempat : di sekolah, di bawah pohon, di gua, dan di rumah.
Suasana : menyenangkan, menyedihkan, dan menegangkan.
Kapan : siang hari, sore hari, dan malam hari.

4. Keunggulan Novel
a. Organisasi
Dalam hal organisasi novel ini, hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain harmonis dan dapat menimbulkan rasa penasaran pembaca. Karena dalam penceritaan isi novel tidak berbelit-belit.

b. Isi
Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit dan cita-cita yang gagah berani dalam kisah tokoh utama buku ini Ikal, akan menuntun kita dengan semacam keanggunan dan daya tarik agar kita dapat melihat ke dalam diri sendiri dengan penuh pengharapan, agar kita menolak semua keputusasaan dan ketakberdayaan kita sendiri. Secarah keseluruhan saya menilai novel ini bagus dan membangun. Novel laskar pelangi ini juga sarat hikmah, dakwah, dan rasa persahabatan yang sangat kental. Tuturannya mengalir, menyentuh, mencerahkan, menggelikan, membidik pusat kesadaran, dan jauh dari sifat menggurui.

c. Bahasa
Bahasa yang digunakan tidak berbelit-belit walaupun ada kata-kata yang kita tidak tahu maknanya dan yang belum dapat kita pahami, dikarenakan cerita menyesuaikan tempat daerah Belitong.

5. Nilai-nilai Novel (Unsur Ekstrinsik)
Kita dapat mengambil pelajaran bahwa bagaimanapun hidup yang kita jalani, kita harus senantiasa bersyukur. Kita dapat mengetahui arti perjuangan hidup dalam kemiskinan yang membelit cita-cita yang tingggi. Pada dasarnya kemiskinan tidak berkorelasi/berinteraksi langsung dengan kebodohan atau kegeniusan. Banyak sekali pelajaran yang dapat kita teladani dari novel tersebut seperti keagamaan, moral, cinta pertama yang indah, ketegaran hidup, bahkan makna sebuah takdir yang tidak bisa kita tebak. Selain itu kita dapat mencontoh tokoh-tokoh yang dapat diteladani seperti tokoh-tokoh manusia sederhana, jujur, tulus, gigih, penuh dedikasi, ulet, sabar, tawakal, takwa, dan sebagainya.